Setiap Rabu Pahing, warga di lereng Gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah, menyelenggarakan tradisi Saparan Rabu Pahing yang sarat akan kebersamaan dan kearifan lokal. Tradisi ini selalu dinanti oleh masyarakat setempat karena menghadirkan kenduri dan pertunjukan jaranan, memperkuat tali persaudaraan antarwarga sekaligus melestarikan budaya Jawa yang unik.
Tradisi Saparan Rabu Pahing
Saparan Rabu Pahing merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan setiap minggu pasaran Rabu Pahing menurut kalender Jawa. Tradisi ini merupakan wujud syukur masyarakat terhadap hasil pertanian, keselamatan warga, dan kelancaran kehidupan sehari-hari.
Di Lereng Andong, tradisi ini menjadi momen berkumpul bagi seluruh warga dari berbagai dusun. Tidak hanya sebagai ajang spiritual, Saparan Rabu Pahing juga menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk saling berbagi kabar, memperkuat ikatan sosial, dan menanamkan nilai-nilai gotong royong.
Kenduri sebagai Wujud Syukur
Salah satu kegiatan utama dalam Saparan Rabu Pahing adalah kenduri, yaitu jamuan makanan bersama yang disiapkan warga secara gotong royong. Menu yang dihidangkan biasanya berupa makanan tradisional seperti nasi tumpeng, ayam panggang, sayur urap, dan jajanan pasar khas Jawa.
Kenduri ini bukan hanya soal makan bersama, tetapi juga sarana untuk mendoakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan warga. Acara kenduri biasanya dipimpin oleh tokoh masyarakat atau sesepuh desa yang memberikan sambutan dan doa, menekankan nilai spiritual dan sosial tradisi ini.
Jaranan: Pertunjukan Budaya yang Meriah
Selain kenduri, warga juga menampilkan jaranan, sebuah kesenian tradisional yang memadukan musik, tarian, dan atraksi kuda kepang. Pertunjukan jaranan ini menjadi magnet bagi warga dari berbagai usia untuk menyaksikan dan ikut meramaikan acara.
Jaranan tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat makna budaya. Gerakan tarian dan irama gamelan yang mengiringi atraksi kuda kepang melambangkan keberanian, kesetiaan, dan harmoni antara manusia dan alam. Bagi anak-anak muda, jaranan menjadi sarana pembelajaran budaya dan cara mengenal akar tradisi mereka.
Guyub dan Kebersamaan Warga
Saparan Rabu Pahing di Lereng Andong menunjukkan betapa guyubnya masyarakat desa. Semua elemen warga terlibat dalam persiapan kenduri dan pertunjukan jaranan, dari memasak, menata lokasi, hingga mengiringi kesenian. Semangat gotong royong ini memperkuat rasa memiliki terhadap budaya dan lingkungan desa.
Selain itu, tradisi ini menjadi momen bagi warga yang merantau untuk kembali ke kampung halaman, mempererat silaturahmi keluarga dan tetangga. Kehangatan interaksi sosial ini menjadi nilai penting yang dijaga turun-temurun oleh masyarakat Lereng Andong, info lebih lanjut klik di sini:
◉ https://gribjayamagelang.org/hiburan/guyubnya-saparan-rabu-pahing-di-lereng-andong-magelang-ada-kenduri-jaranan/
◉ https://gribjayatasikmalaya.org/teknologi/kepanikan-warga-tasikmalaya-saat-diguncang-gempa-m-47-bandung/
◉ https://gribjayabanjar.org/politik/gerindra-banjar-bagi-bagi-bendera-dapat-instruksi-khusus-prabowo/
◉ https://gribjayapekalongan.org/politik/bupati-fadia-launching-rangkaian-peringatan-hut-ri-dan-hari-jadi-pekalongan/
◉ https://gribjayasalatiga.org/politik/indeks-kota-toleran-setara-2024-salatiga-teratas-disusul-singkawang/
Kesimpulan
Saparan Rabu Pahing di Lereng Andong, Magelang, bukan sekadar tradisi rutin, tetapi juga refleksi kebersamaan, spiritualitas, dan pelestarian budaya Jawa. Kenduri dan pertunjukan jaranan menjadi simbol persatuan warga dan kecintaan mereka terhadap warisan budaya.
Tradisi ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal mampu menghadirkan momen sosial yang hangat, mendidik generasi muda, dan tetap relevan di era modern. Guyubnya masyarakat Lereng Andong saat Rabu Pahing menjadi contoh nyata bagaimana budaya dapat mempersatukan, menghibur, dan memberikan makna dalam kehidupan sehari-hari.